Koneksi Antar Materi Modul 1 dan 2
oleh
CPP A7 Gel 3 Aceh Utara - Intan Lestari, S.Pd
Menurut Pilosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara Pembelajaran yang memerdekakan adalah pembelajaran yang menuntun murid menunjukkan potensinya , Karena pembelajaran yang memerdekakan menciptakan weel being murid. Murid belajar dengan nyaman tanpa tekanan. Pembelajaran menggunakan sistem Among/ momong penuh kasih sayang. Segala pembiasan yang menciptakan ke arah kebajikan .
Untuk mencapai pembelajaran yang memerdekakan tentunya dibutuhkan cara - cara atau prakarsa perubahan yang dapat mendukung proses kegitan pembelajaran yang berpihak kepada murid. Prakarsa perubahan ini dilaksanakan untuk memberikan dampak kepada murid. Prakarsa perubahan dapat juga disebut dengan praktik baik.
Prakarsa perubahan dapat dirancang dengan canvas ATAP .
Untuk mempertahankan keberlanjutan sebuah prakrsa perubahan tentunya harus melibatkan elemen - elemen tertentu. Sehingga pembiasaan - pembiasaan buah dari prakarsa tersebut dapat terus berjalan dan semakin baik. Oleh karena perlu ada rencana, tahapan , evaluasi, dan refleksi. Untuk menyusun prakarsa yang telah dirancang dengan canvas atap dapat digali lagi dengan menggunakan Inquiri Apresiatif dalam bentuk managemen BAGJA, yang di dalamnya akan terlibat pihak - pihak tertentu mendukung sebuah prakrsa perubahan tersebut.
Dalam membuat sebuah prakarsa perubahan tentunya terdapat tantangan , untuk itu perlu diadakan komunikasi agar tantangan - tantangan itu mendapatkan solusi. Untuk mencari solusi - solusi itu dengan membuat sebuah Fasilitasi.
1. Konsep Fasilitasi
Fasilitator dan fasilitasi berasal dari kata facile dalam bahasa latin yang berarti mudah. Secara etimologi, fasilitasi diturunkan dari kata dasar to facilitate (kata kerja) dalam bahasa Inggris yang berarti membuat sebuah aksi atau proses menjadi lebih mudah. Memfasilitasi dapat diartikan sebagai proses yang memudahkan kelompok dalam mencapai tujuan. Fasilitasi berarti menjembatani orang-orang dalam mengungkapkan pendapat, menggali ide, menyelaraskan pemahaman dan mengambil keputusan atau kesepakatan melalui langkah-langkah praktis. Fasilitator adalah orang yang melakukan fasilitasi.
Pada dasarnya, proses fasilitasi merupakan proses:
Mendapat informasi --------> Memecahkan masalah ---------> Mengambil kesimpulan —----> membuat kesepakatan/keputusan bersama.
Fasilitasi tersebut bertujuan :
a. Langkah-langkah praktis yang memudahkan kelompok mencapai tujuan.
b. Memampukan anggota kelompok mengungkapkan pandangan tentang masalah yang mereka hadapi bersama.
c. Memampukan kelompok untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi bersama.
d. Memampukan peserta mengambil keputusan atau kesepakatan bersama untuk ditindaklanjuti bersama.
Sikap dasar Faislitasi
1) Kesadaran diri.
Memiliki kesadaran diri untuk hadir sepenuhnya mendampingi kelompok agar tujuan mereka tercapai. Memiliki kesadaran diri berarti menerima segala perbedaan, memberi waktu bagi otak untuk berpikir, mengelola emosi, fleksibel dan bersiap terhadap dinamika yang mungkin akan terjadi dalam sebuah kelompok.
2) Demokratis
Sikap demokratis memungkinkan seorang fasilitator menghargai perbedaan, keberagaman, toleransi, dialektis, saling memahami, menjalin hubungan yang positif dan mendorong kelompok mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
3) Sistematis
Berpikir sistematis memungkinkan fasilitator membuat proses menjadi terstruktur dan terukur. Hal ini berguna agar fasilitasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Ini termasuk menyiapkan lingkungan yang sehat bagi kelompok.
4) Observatif
Melihat dan memetakan kebutuhan individu atau kelompok dengan jelas, menerima umpan balik, mendengarkan orang lain dengan perhatian sebanyak mungkin, dan menangkap sudut pandang yang berbeda untuk membantu kemajuan kelompok. Observasi dapat membantu fasilitator mengamati bagaimana konflik/ perbedaan pendapat terjadi, kapan harus mengintervensi, bagaimana cara mengintervensi dengan tepat dan kapan kelompok membutuhkan jeda.
5) Empati
Memahami situasi dan kesulitan yang terjadi, memahami latar belakang dan konteks budaya setempat dimana kelompok berada, reflektif, agar dapat membantu anggota kelompok lebih terbuka terhadap perubahan.
6) Percaya diri
Memampukan diri, mempunyai semangat dan daya lenting, melihat peluang, mengambil risiko dan mengatasi hal-hal yang tidak terduga, serta mengungkapkan konsekuensi dengan jujur.
7) Berpikiran terbuka
Setiap pertemuan dengan kelompok akan menghadirkan tantangan yang berbeda sehingga harus siap untuk beradaptasi. Fasilitator tidak harus memiliki semua jawaban, menahan diri untuk tidak mengajari, dan percaya bahwa orang lain memiliki sumber daya dalam diri mereka untuk menemukan jawaban mereka sendiri atas masalah yang mereka hadapi.
8) Obyektif
Kejelasan menjadi dasar pengetahuan fasilitator terhadap kelompok yang akan difasilitasi. Misalnya bagaimana situasi yang terjadi di dalam kelompok, apa yang akan dibicarakan oleh kelompok, dan berapa jumlah peserta kelompok. Berdasarkan data tersebut, fasilitator dapat dengan netral menentukan ruang lingkup, sumber belajar yang mendukung, durasi yang dibutuhkan, alat bantu yang digunakan, dan bagaimana proses fasilitasi akan berlangsung.
9) Fokus
Berkonsentrasi dalam memfasilitasi kelompok mencapai tujuan. Perhatikan detail untuk mendapatkan petunjuk yang bagi kebanyakan orang tidak terlihat, mengetahui adanya distraksi dan cara mengatasi distraksi. Menyisipkan satu atau dua humor kecil juga dapat membantu kelompok untuk menurunkan ketegangan dan mengembalikan fokus anggota kelompok.
Kompetensi Dasar Fasilitator
Dalam memfasilitasi pertemuan, Pengajar Praktik perlu memiliki kompetensi dasar yang dibutuhkan untuk bisa memandu jalannya pertemuan hingga tujuan tercapai. Kompetensi terdapat pada tabel berikut:
Kompetensi Dasar
Penjelasan singkat
Partisipasi
Kemampuan untuk menggali pemikiran terbaik anggota kelompok. Tujuannya agar anggota kelompok menjadi lebih berani dalam mengangkat masalah yang sulit dan belajar bagaimana membagikan ide mereka. Anggota kelompok menjadi lebih mahir dalam menemukan dan mengakui keragaman pendapat dan latar belakang yang melekat pada setiap anggota kelompok.
1. Mendorong semua anggota dapat mengungkapkan pemikirannya, atau paling tidak menyatakan persetujuan/ketidaksetujuan mereka terhadap pendapat dan ide dari anggota kelompok lain.
2. Mengumpulkan informasi yang relevan dari pemikiran anggota kelompok
3. Dan sebagainya. Contoh:
“Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu tentang ...?” “Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara agar....?” “Apakah kita bisa menyepakati hasil pertemuan ini?” “Apakah maksud pernyataan Bapak/Ibu seperti....”?
Interaksi
Kemampuan untuk mengatur proses belajar yang kondusif, dan membangun dinamika yang sehat antar anggota kelompok. Tujuannya :
1. Melibatkan anggota kelompok untuk menghasilkan kesepakatan belajar dan komitmen untuk mematuhinya.
2. Melakukan rapid assessment
agar setiap anggota kelompok dapat saling menghargai dan saling terbuka.
3. Mendorong anggota kelompok terlibat mengambil peran dalam proses fasilitasi.
4. membangun dinamika dialog dengan seluruh peserta
5. Mendorong anggota kelompok saling berbagi satu sama lain.
6. Mengatur lalu lintas anggota yang berbicara atau bertindak.
7. Dan sebagainya
Contoh:
“Apa harapan Bapak/Ibu dalam pertemuan ini?” “Setelah Bapak/Ibu A, lanjut ke Bapak/Ibu B.”
“Sepakati siapa yang akan berbagi hasil diskusi kelompok”. “Apakah ada yang punya pendapat/ usulan yang berbeda?” “Apakah yang lain setuju dengan usulan Bapak/Ibu A?” “Siapa yang bisa membantu Bapak/Ibu A untuk menempelkan post-id?”
Visualisasi
Kemampuan menggunakan berbagai alat bantu visual. Tujuannya mendorong partisipasi, interaksi dan agar anggota kelompok tidak tertinggal informasi apapun.
Daring
Menggunakan aplikasi seperti Padlet, Jamboard, Mentimeter, PowerPoint/ slides, dan sebagainya.
Luring
Menggunakan post-it, kertas plano, metaplan, proyektor untuk menayangkan Power Point/ slides, dan sebagainya.
Dalam beberapa hal, alat bantu visual daring dapat digunakan juga untuk fasilitasi dengan moda luring, misalnya jamboard dan Power Point. Yang harus dipastikan adalah ketersediaan koneksi internet dan perangkat yang digunakan oleh anggota kelompok.
Dinamisasi
Seorang fasilitator harus mampu mendinamisasi rapat/sesi ketika terjadi perdebatan alot diantara anggota kelompok atau bahkan mengarah kepada hal-hal subjektif. Atau sebaliknya, ketika kelompok cenderung pasif sehingga fasilitator harus menghidupkan suasana agar kelompok yang difasilitasi menjadi aktif.
Ada beberapa cara untuk mendinamisasi forum/sesi agar berjalan sesuai yang direncanakan untuk mencapai tujuan bersama
1. Ice breaking atau games yang bertujuan menghidupkan suasana.
2. Mengajak peserta untuk berpikiran terbuka dan mampu menerima pendapat orang lain.
3. Mengajak untuk peserta untuk berpikir objektif dan menghilangkan unsur subjektif dalam setiap argumen/pernyataan yang disampaikan di rapat/sesi
4. Menarik persamaan pendapat peserta yang berdebat dan memisahkannya dengan perbedaan yang diperdebatkan, sehingga perbedaan dapat terlokalisir dan lebih mudah mengambil jalan tengah
Konklusi
Seorang fasilitator dituntut untuk mampu menarik kesimpulan rapat/sesi, namun juga harus membaginya secara demokratis, sehingga kesimpulan rapat/sesi merupakan kesimpulan bersama, bukan kesimpulan fasilitator.
Dalam sebuah rapat atau sesi, seorang fasilitator harus mampu mengambil kesimpulan dari seluruh pendapat dan argumen peserta rapat/sesi. Kemampuan tersebut meliputi :
1. Mampu menyimpulkan diskusi dengan tepat dan singkat
2. Menarik insight/pembelajaran selama diskusi
3. Merefleksikan apa yang sudah baik dan perlu diperbaiki
4. Meminta umpan balik
Demikianlah Pemaparan saya terkait Koneksi Antar Materi modul 1 dan 2 dan kaitannya dengan fasilitasi.
Wassalam
Salam Bahagia